Langsung ke konten utama

Makalah Akhlak kelas X



TUGAS KELOMPOK AKHLAK
MATERI/KD :
3.6 Mengidetifikasi sumber tasawuf dari al-Qur’an dan al-Sunnah.
3.7 Menganalisis hubungan tasawuf dengan akhlak dan syariat.
3.8 Memahami pengertian maqamat dan al-ahwal dalam tasawuf.
3.9 Membandingkan tasawuf sunni dan tasawuf falsafi, serta tokoh-tokohnya.
3.10 mendeskripsikan pokok ajaran tasawuf dari Hasan.
KELOMPOK 6
ANGGOTA :
1.     DIFA ALFARABY
2.     IBNU MISKAWAIH
3.     INDAH NURLITA S
4.     SEVI SURYANI

PEMBIMBING/GURU MATA PELAJARAN : HERI SISWANTO S,pdi
KELAS : X-AGAMA 1
MAN 19 JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas ke hadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala perkenan-Nya, sehingga kelompok kami mampu membuat makalah ini sebagai penambah ilmu pengetahuan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Tasawuf yang kami sajikan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran tehadap pembaca khususnya para murid MAN 19 JAKARTA. Meskipun kami sudah memberikan upaya yang maksimal untuk membuat makalah ini, namun kami juga menyadari adanya keterbatasan, seperti ucapan “Tak ada gading yang tak retak”, untuk itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas makalah kami berikutnya.





















I

DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR      …………………………………………………………………………………….. I
DAFTAR ISI                  …………………………………………………………………………………….. II
3.6 Mengidetifikasi sumber tasawuf dari al-Qur’an dan al-Sunnah ………………... 1
3.7 Menganalisis Hubungan Tasawuf dengan Akhlak …………………………………….. 2
3.8 Memahami pengertian Maqamat dan AL-Ahwal Dalam tasawuf …………….. 2
3.9 Membandingkan tasawuf sunni dan tasawuf falsafi serta tokoh-tokoh-nya 4
3.10 Mendeskripsikan Pokok Ajaran Tasawuf Dari Hasan ………………………………. 8
























II
3.6 Mengidetifikasi sumber tasawuf dari al-Qur’an dan al-Sunnah

Pengertian Tasawuf

Secara bahasa tasawuf diartikan sebagai Sufisme (bahasa arab: تصوف ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.
Tasawuf Islam adalah murni bersumber dari semangat dan ruh ajaran Islam itu sendiri serta perilaku Rasul dan sahabat-sahabat beliau, kendatipun terdapat kesamaan antara ajaran tasawuf Islam dengan ajaran spiritual agama-agama lain itu hanya secara kebtulan saja. Karena memang semua agama mengajarkan nilai kehidupan spiritual, apakah lagi agama Yahudi, Kristen dan Islam sama-sama bersumber dari yang satu, tentulah ada kesamaan di antaranya tetapi bukan berarti ajaran tasawuf Islam merujuk kepada ajaran agama lain selain Islam. Semua agama sealalu berusaha membimbing dan meyadarkan manusia untuk mampu melihat realitas lain yang lebih hakiki, yaitu realitas Ilahi.Dalam Islam, hal-hal yang berhubungan dengan kecerdasan emosi dan spiritual seperti konsistensi (istiqamah); kerendahan hati (tawadhu); berusaha dan berserah diri (tawakkal); ketulusan, totalitas (kaffah); keseimbangan (tawazun); integritas dan penyempurnaan (ihsan) itu dinamakan akhlakul karimah (akhlak yang mulia).

       Dasar ajaran tasauf dalam al-Qru’an antara lain:
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعُ عَلِيمُُ{115}
“Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kea rah manapun kamu menghadap disitu akan kamu jumpai wajah Allah.” (QS. Al-Baqarah: 2/115)
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ {186}يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah); bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabil mereka berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintha-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepas-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 2/186)
       Dasar ajaran tasauf dari hadits:
       أن تعبد الله كأ نك تراه فإ ن لم تكن تراه فإ نه يراك (متفق عليه)
Artinya:
“Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka ia pasti melihatmu. (HR. Bukhari dan Muslim)



1.
3.7 Menganalisis Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

Dalam tasawuf disebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh hati yang suci. Dalam kacamata akhlak, tidaklah cukup iman seseorang hanya dalam bentuk pengakuan, apalagi kalau hanya dalam bentuk pengetahuan. Yang “kaffah” adalah iman,ilmu dan amal. Amal itulah yang dimaksud akhlak . Tujuan yang hendak dicapai dengan ilmu akhlak adalah kesejahteraan hidup manusia de dunia dan kebahagian hidup di akhirat.
Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri kepada Tuhan), tapi dari sisi lain akhlak pun merupakan usaha manusia secara “zahiriyyah”  dan “riyadhah”.
Riyadhah itu adalah sebuah latihan untuk diri sendiri / melatih diri sendiri, yang meliputi melatih jiwa, pikiran, emosi, dan tubuh kita agar tersadar dan terbiasa untuk beribadah.





3.8 Memahami pengertian Maqamat dan AL-Ahwal Dalam tasawuf.

1)      Pengertian Maqamat
Secara harfiah Maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat kepada Allah.
Dalam bahasa inggris Maqamat dikenal dengan istilah stages yang artinya tangga. Sedangkan dalam ilmu tasawuf maqamat berarti keddudukan hamba dalam pandangan Allah berdasarkan apa yang telah diusahakan, baik melalui Riyadhah, Ibadah, maupun mujahadah. Pada Istilah Maqam atau arti jamak adalah maqamat , sebagaimana juga ahwal, yang dipahami berbeda menurut para sufi. Namun semuanya sepakat dalam memahami maqamat yang berarti kedudukan seorang pejalan spiritual atau sufi di hadapan ALLAH yang diperoleh melalui kerja keras dalam beribadah kepadaNya, bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadah), serta latihan-latihan keruhanian budi-pekerti (adab) yang dapat membuatnya memiliki syarat - syarat dalam melakukan usaha - usaha untuk menjalankan berbagai kewajiban dengan baik dan mendekati sempurna.
                                                                       
2)      Pengertian Ahwal
Secara Bahasa Al Ahwal merupakan jamak dari kata tunggal hal yang berarti keadaan atau sesuatu (keadaan rohani), menurut syekh Abu Nash As-sarraj, hal adalah sesuatu yang terjadi yang mendadak yang bertempat pada hati nurani dan tidak bertahan lama.
Menurut harun nasution, dalam Bukunya abuddin Nata Akhlak Tasawuf. Hal atau akhwal merupakan keadaan mental perasaan senang, perasaan takut, perasaan sedih, dan sebagainya.

2.
Sedangkan Menurut imam al Ghozali dalam Bukunya Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel Surabaya. menerangkan bahwa, hal adalah kedudukan atau situasi kejiwaan yang dianugrahkan Allah kepada seorang hamba pada suatu waktu, baik sebagai buah dari amal saleh yang mensucikan jiwa atau sebagai pemberian semata.
Sedangkan hal atau arti jamak adalah ahwal adalah suasana atau keadaan yang menyelimuti kalbu, yang diciptakan sebagai hak prerogatif pada Allah dalam hati setiap hambanNya, tidak ada sufi yang mampu merubah keadaan tersebut apabila datang saatnya, atau memperhatikannya apabila pergi.

































3.
3.9 Membandingkan tasawuf sunni dan tasawuf falsafi serta tokoh-tokoh-nya

Tasawuf Sunni
A.       Pengertian Tasawuf Sunni
Tasawwuf sunni ialah aliran tasaawuf  yang berusaha memadukan aspek hakekat dan syari’at,  yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah, dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur’an, Sunnah dan Shirah para sahabat.
Dalam kehidupan sehari-hari para pengamal tasawuf ini berusaha untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat keduniawian, jabatan, dan menjauhi hal-hal yang  dapat mengganggu kekhusu’an ibadahnya.
Latar belakang munculnya ajaran ini tidak telepas dari pecekcokan masalah aqidah yang  melanda para ulama’ fiqh dan tasawuf lebih-lebih pada abad  kelima hijriah aliran syi’ah al-islamiyah yang berusaha untuk mengembalikan kepemimpinan kepada keturunan ali bin abi thalib. Dimana syi’ah lebih banyak mempengaruhi para sufi dengan doktrin bahwa imam yang ghaib akan pindah ketangan sufi yang layak menyandang gelar waliyullah, dipihak lain para sufi banyak yang dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme yang memunculkan corak pemikiran taawuf falsafi yang tentunya sangat bertentangan dengan kehidupan para sahabat dan tabi’in. dengan ketegangan inilah muncullah sang pemadu syari’at dan hakekat yaitu Imam Ghazali.

B.      Tokoh-tokoh Tasawuf Sunni
1.                   Hasan al-Basri.
Hasan al-Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’ dan zahid. Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan di Wadi al-Qura. Setahun sesudah perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan menetap di sana sampai ia meninggal tahun 110 H. setelah ia menjadi warga Bashrah, ia membuka pengajian disana karena keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu ekses dari kemakmuran ekonomi yang dicapai negeri-negeri Islam pada masa itu. Garakan itulah yang menyebabkan Hasan Basri kelak menjadi orang yang sangat berperan dalam pertumbuhan kehidupan sufi di bashrah. Diantara ajarannya yang terpenting adalah zuhud serta khauf dan raja’.
2.                   Rabiah Al-Adawiyah
Nama lengkapnya adalah Rabiah al-adawiyah binti ismail al Adawiyah al Bashoriyah, juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H, disebut rabi’ah karena ia puteri ke empat dari anak-anak Ismail. Diceritakan, bahwa sejak masa kanak-kanaknya dia telah hafal Al-Quran dan sangat kuat beribadah serta hidup sederhana.
Ajaran terpenting dari sufi wanita ini adalah al-mahabbah dan bahkan menurut menurut banyak pendapat, ia merupakan orang pertama yang mengajarkan al-hubb dengan isi dan pengertian

4.
yang khas tasawuf. Hal ini barangkali ada kaitannya dengan kodratnya sebagai wanita yang berhati lembut dan penuh kasih, rasa estetika yang dalam berhadapan dengan situasi yang ia hadapi pada masa itu. Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Dari syair-syair berikut ini dapat diungkap apa yang ia maksud dengan al-mahabbah:
Kasihku, hanya Engkau yang kucinta,
Pintu hatiku telah tertutup bagi selain-Mu,
Walau mata jasadku tak mampu melihat Engkau,
Namun mata hatiku memandang-Mu selalu.
3.                   Dzu Al-Nun Al-Misri
Nama lengkapnya adalah Abu al-Faidi Tsauban bin Ibrahim Dzu al-Nun al-Mishri al-Akhimini Qibthy. Ia dilahirkan di Akhmin daerah Mesir. Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang silsilah keturunan dan riwayat pendidikannya karena masih banyak orang yang belum mengungkapkan masalah ini. Namun demikian telah disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang sufi yang tersohor dan tekemuka diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah.
Menurutnya, pengetahuan merupakan hasil pengamatan inderawi, yaitu apa yang ia dapat diterima melalui panca indera. Sedangkan keyakinan adalah hasil dari apa yang dipikirkan dan / atau diperoleh melalui intuisi.
Dia membagi tiga kualitas pengetahuan, yaitu:
5.       Pengetahuan orang yang beriman tentang Allah pada umumnya, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pengakuan atau syahadat.
2. Pengetahuan tentang keesaan Tuhan melalui bukti-bukti dan pendemonstrasian ilmiah dan hal ini merupakan milik orang-orangyang bijak, pintar dan terpelajar.
3. Pengetahuan tentang sifat-sifat Yang Maha Esa, dan ini merupakan milik orang-orang yang shaleh (wali Allah) yang dapat mengenal wajah Allah dengan mata hatinya.
4.                   Abu Hamid Al-Ghazali
Menurut Abu al-Wafa’ al-Ganimi al-Taftazani, ada dua corak tasawuf yang berkembang di kalangan sufi, yaitu pertama, corak tasawuf sunni, di mana para pengikutnya memagari tasawuf mereka dengan Alquran dan as-Sunnah serta mengaitkan keadaan dan tingkatan rohaniah mereka dengan keduanya. Kedua, corak tasawuf semi-filosofis, di mana para pengikutnya cenderung pada ungkapan-ungkapan ganjil (syathahat) serta bertolak dari keadaan fana menuju pernyataan tentang terhadinya penyatuan ataupun hulul.






5.

TASAWUF FALSAFI
A. Definisi Tasawuf Falsafi
Secara garis besar tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya,yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telahmempengaruhi para tokohnya. Kaum sufi falsafi menganggap bahwasanya tiada sesuatupun yang wujud kecuali Allah, sehingga manusia dan alam semesta, semuanya adalah milik Allah. Mereka tidak menganggap bahwasanya Allah itu zat yang Esa, yang bersemayam diatas Arsy.Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan makhluk-Nya,setidaknya terdapat beberapa term yang telah masyhur beserta para tokohnya.

B. Tokoh-tokoh Tasawuf Falsafi
1.      Ibn ‘Arabi
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath-Tha’I Al-Haitami. Lahir di mercia, Andalusia Tenggara, spanyol, tahun 560 H. Di Seville(Spanyol), ia mempelajari Al-Qur’an, hadis, serta fiqh pada sejumlah murid seorang faqih Andalusia terkenal, yaitu Ibn Hazm Azh-Zhahiri.
Usia 30 tahun, ia mulai berkelana ke berbagai kawasan Andalusia dan kawasan islam di bagian barat, di antara deretan guru-gurunya adalah Abu Madyan Al-Ghauts At-Thalimsari dan Yasmin Musyaniyah.
Di antara karya monumentalnya adalah Al-Futuhat Al-Makiyyah yang ditulis pada tahun 1201 pada saat menaikkan ibadah haji. Karya lainnya adalah Masyahid Al-Asrar, Mathali Al-Anwar AL-Illahiyah al-Isra ila Maqam Al-Atsana.
2.      Ibn Sab’in
Nama lengkapnya adalah Ibn Sab’in Abdul Haqq ibn Ibrahim Muhammad Ibn Nashr. Di lahirkan tahun 614 H di Murcia. Ibn Sab’in mempunyai asal usul Arab dan juga mempelajari ilmu-ilmu agama dari mazhab maliki, ilmu-ilmu logika, dan filsafat. Di antara guru-gurunya adalah Ibn dhihaq, yang terkenal dengan Ibn Al-Mir’ah (meninggal tahun 611 M), pensyarah karya al-irsyad. Karena Al-mir’ah wafat sebelum Ibn Sab’in lahir, maka jelas Ibn Sab’in menjadi muridnya hanya melalui kajiannnya pada karya-karya ibn mir’ah.
Tahun 640 H, Ibn Sab’in dengan sebagian muridnya meninggalkan Murcia menuju Afrika Utara.pertama-tama, Ibn Sab’in menjejakkan kakinya di Ceuta. Di kota Ceuta ini, Ibn Sab’in banyak menelaah kitab-kitab tasawuf serta memberiikan pengajaran. Pada tahun 6480 H Ibn Sab’in sampai di kairo. Namun para fuqaha dunia islam mengutus seorang utusan ke mesir untuk memperingatkan penduduk itu bahwa Ibn Sab’in adalah seorang atheis yang menyatakan kesatuan khalik dengan makhluk. Kemudian dia pergi ke Mekah untuk menyiarkan kembali ajarannya.
Ibn Sab’in meninggalkan karya sebanyak 41 buah, yang menguraikan tasawufnya secara teoritis maupun praktis. Sebagian risalahnya telah disunting Abdurrahman Badawi dengan judul Rasa’il Ibn Sab’in(1965 M), Jawab shahih Shiqilliyah, telah disunting oleh Syaripuddin Yaltaqiya.



6.
3.      Al-Jili
Nama lengkapnya adalah abdul karim bin Ibrahim Al Jilli. Lahir pada tahun 1365 M, di jillan (Gilan) wafat pada tahun 1417 M. ia adalah seorang sufi terkenal dari Baghdad. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh para ahli sejarah. Tetapi sebuah sumber mengatakan bahwa ia pernah melakukan perjalanan ke india tahin 1378 M. lalu belajar tasawuf di bawah bimbingan Abdul Qadir Al-Jailani. Di samping itu, berguru pula pada Syeh Syarif Isma’il Bin Ibrahim  Al-Zabarti di Zabid (Yaman) tahun1393-1403 M.
4.      Ibn Masarah
Nama lengkapnya adalah Muhammad Bin Abdullah Bin Masarrah (269-319 H. ia merupakan salah seorang sufi sekaligus filosof dari Andalusia. Ia memberiikan pengaruh yang besar  terhadap madzhab Al-Mariyyah. Bersamaan dengan ibn masarrah, di Andalusia telah muncul tasawuf filosofi. Ia lebih banyak disebut-sebut  sebagai filosof dari pada sufi.  Pada mulanya ia merupakan penganut sejati aliran mu’tazilah, lalu berpalingpada mazhab neoplatonisme. Oleh karena itu, ia di anggap mencoba menghidupkan kembali filsafat yunani kuno.

Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni atau tasawuf salafi. kalau tasawuf sunni dan salafi lebih menonjol kepada segi praktis (العملي ), sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis (النطري ) sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan pendektan-pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.











7.
3.10 Mendeskripsikan Pokok Ajaran Tasawuf Dari Hasan
Abu na’im Al-Ashbahani menyimpulkan pandangan tasawuf Hasan Al-Bashri sebagai berikut, “takut (khauf) dan pengharapan (raja’) tidak akan dirundung  kemuraman dan keluhan, tidak pernah tidur senang karena selalu mengingat Allah.” Pandangan tasawufnya yang lain adalah anjuran kepada setiap orang untuk senantiasa bersedih hati dan takut kalau tidak mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Sya’rani pernah berkata, “Demikian takutnya, sehingga seakan-akan ia merasa bahwa neraka itu hanya dijadikan untuk ia (Hasan Al-Bashri).”
Lebih jauh lagi, Hamka mengemukakan sebagian ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri seperti ini:
a.     “Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tentram lebih baik daripada rasa tentram yang menimbulkan perasaan takut.”
b.     “Dunia adalah negeri tempat beramal. Barangsiapa bertemu dunia dengan rasa benci dan zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah darinya. Namun, barangsiapa bertemu dunia dengan perasaan rindu dan hatinya tertambal dengan dunia, ia akan sengsara dan akan berhadapan dengan penderitaan yang tidak dapatditanggungnya.”
c.      “Tafakur membawa kita pada kebaikan dan selalu berusaha untuk mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat menyebabkan kita bermaksud untuk tidak mengulanginya lagi. Sesuatu yang fana’ betapapun banyaknya tidak akan menyamai sesuatu yang baqa’ betapapun sedikitnya. Waspadalah terhadap negeri yang cepat datang dan pergi serta penuh tipuan.”
d.     “Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggalkan mati suaminya.”
e.      “Orang yang beriman akan senantiasa berduka-cita pada pagi dan sore hari karena berada di antara dua perasaan takut: takut mengenang dosa yang telah lampau dan takut memikirkan ajal yang masih tinggal serta bahaya yang akan mengancam.”
f.       “Hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya, dan juga takut akan kiamat yang hendak menagih janjinya.”
g.     “Banyak duka cita di dunia memperteguh semangat amal shaleh.”
Berkaitan dengan ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri, Muhammad Mustafa, guru besar Filsafat Islam, menyatakan kemungkinan bahwa tasawuf Hasan Al-Bashri didasari oleh rasa takut siksa Tuhan di dalam neraka. Namun, ada yang meneliti bahwa ternyata bukan perasaan takut terhadap siksaanlah yang mendasari tasawufnya, tetapi kebesaran jiwanya akan kekurangan dan kelalaian dirinyalah yang mendasari tasawufnya itu. Sikapnya itu senada dengan sabda Nabi yang berbunyi, “Orang beriman yang

8.
selalu mengingat dosa-dosa yang pernah dilakukannya adalah laksana orang duduk di bawah sebuah gunung besar yang senantiasa merasa takut gunung itu akan menimpa dirinya.”
Jadi, prinsip ajarannya (Hasan al-Bashari) adalah khauf dan raja’ ,yaitu takut dan berharap maksudnya adalah takut dengan siksaan allah swt  karena melakukan dosa dan sering  meninggalkan perintahnya, takut pada murka Allah dan juga di iringi dengan harapan / selalu berharap agar mendapat ridhlo dari Allah swt. Oleh karena itu prinsip-prinsip ajran ini mengandung kesiapan dalam melakukan introspeksi  diri agar selalu memikirkan kehidupan yang hakiki dan abadi.



















9.


demikianlah postingan saya, ayo baca >> Contoh Makalah Seni Budaya Tentang Kesenian Betawi

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Makalah Pelajaran Seni Budaya Tentang Kesenian Betawi

MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MATA PELAJARAN SENI BUDAYA Oleh : -          Ina Ulfah -          Indah Nurlita Sari -          Nur Hafizah -          Sevi Suryani -          Taqiyyah Izzati -          Yuni Farida Kelas X-Agama 1 MAN 19 JAKARTA Jl. H. Muchtar Raya / H. Jaelani III No. 89 Rt 05 / 01, Petukangan Utara Kecamatan Pesanggrahan, DKI Jakarta 12260 (021) 7362836 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa atas segala perkenan-Nya, sehingga kelompok kami mampu membuat makalah ini sebagai penambah ilmu pengetahuan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang ‘Kesenian Jakarta (Betawi)’ yang kami sajikan dari beberapa sumber informasi, referensi, dan berita. Dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan Allah SWT. akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas

Seorang Panglima Perang Wanita NYI AGENG SERANG

Apakah kalian kenal dengan RA Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi atau yang lebih dikenal dengan Nyi Ageng Serang? Walaupun tidak se-populer RA Kartini atau Cut Nyak Dien, namun beliau merupakan salah satu tokoh pejuangan wanita yang sangat-sangat berjasa dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia, terutama tanah kelahirannya (Serang). Yuk, kita baca sedikit cerita inspirasi dari seorang Nyi Ageng Serang berikut ini! source : Nyi Ageng Serang by Gonmuki Nyi Ageng Serang adalah seorang pejuang kelahiran Jepara, juga merupakan puteri bungsu dari Pangeran Natapraja, seorang teman seperjuangan Pangeran  Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I) dalam Perang Giyanti juga pernah menjadi bupati untuk wilayah Serang. Jika dilihat dari silsilah ke atas, maka Nyi Ageng Serang merupakan keturunan Sunan Kalijaga. Beliau sempat mendapat didikan ilmu siasat dan keprajuritan saat masih kecil. Dan itu telah mengubah pemikiran saya bahwa, bukan hanya lelaki saja yang dapat menjadi tangguh dengan sera
TUGU PROKLAMATOR, TUGU PETIR, dan TUGU WANITA (TUGU JARUM) . . Assalamu’alaikum… Hai hai! Kali ini saya akan membahas tentang Tugu Proklamator, Tugu Petir dan Tugu Wanita atau Tugu Jarum. Post-an saya kali ini berdasarkan kunjungan saya ke jl. Proklamasi Jakarta Pusat kemarin (Kamis, 03/03/16). Dan saya mau membagi ilmu yang sudah saya dapat. Here we go, check this out!↓ . . . 1.) TUGU PROKLAMATOR Pembangunan Tugu Proklamator ada gagasan dari bpk. Soeharto, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 54 tahun 1979 tentang pembangunan patung Proklamator. Tugu Proklamator berupa 3 buah patung, patung Ir. Soekarno yang sedang memegang Teks Proklamasi dan Bung Hatta di sampingnya serta patung Teks Proklamasi di tengah-tengah keduanya yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus tahun 1980 oleh bpk. Soeharto. Tugu Proklamator terbuat dari logam jenis perunggu, berat masing-masing 1200 kg. Patung Bung Karno tingginya mencapai 4meter 60cm, dan tinggi patung Bun