TUGAS KELOMPOK AKHLAK
MATERI/KD :
3.6 Mengidetifikasi sumber tasawuf
dari al-Qur’an dan al-Sunnah.
3.7 Menganalisis hubungan tasawuf
dengan akhlak dan syariat.
3.8 Memahami pengertian maqamat
dan al-ahwal dalam tasawuf.
3.9 Membandingkan tasawuf sunni dan
tasawuf falsafi, serta tokoh-tokohnya.
3.10 mendeskripsikan pokok ajaran
tasawuf dari Hasan.
KELOMPOK 6
ANGGOTA :
1.
DIFA ALFARABY
2.
IBNU MISKAWAIH
3.
INDAH NURLITA S
4.
SEVI SURYANI
PEMBIMBING/GURU MATA PELAJARAN : HERI SISWANTO S,pdi
KELAS : X-AGAMA 1
MAN 19 JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur kita panjatkan atas ke hadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala
perkenan-Nya, sehingga kelompok kami mampu membuat makalah ini sebagai penambah
ilmu pengetahuan.
Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Tasawuf yang kami sajikan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran tehadap pembaca khususnya para murid MAN 19 JAKARTA. Meskipun kami
sudah memberikan upaya yang maksimal untuk membuat makalah ini, namun kami juga
menyadari adanya keterbatasan, seperti ucapan “Tak ada gading yang tak retak”, untuk itu segala kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas makalah kami
berikutnya.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………..
I
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………..
II
3.6 Mengidetifikasi sumber tasawuf dari
al-Qur’an dan al-Sunnah ………………... 1
3.7 Menganalisis Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
…………………………………….. 2
3.8 Memahami pengertian Maqamat dan AL-Ahwal
Dalam tasawuf …………….. 2
3.9 Membandingkan tasawuf sunni dan tasawuf
falsafi serta tokoh-tokoh-nya 4
3.10 Mendeskripsikan Pokok Ajaran
Tasawuf Dari Hasan ………………………………. 8
II
3.6 Mengidetifikasi sumber tasawuf dari al-Qur’an dan al-Sunnah
Pengertian Tasawuf
Secara bahasa tasawuf diartikan sebagai Sufisme (bahasa arab: تصوف ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.
Tasawuf Islam adalah murni bersumber dari semangat dan ruh ajaran Islam itu
sendiri serta perilaku Rasul dan sahabat-sahabat beliau, kendatipun terdapat
kesamaan antara ajaran tasawuf Islam dengan ajaran spiritual agama-agama
lain itu hanya secara kebtulan saja. Karena memang semua agama mengajarkan
nilai kehidupan spiritual, apakah lagi agama Yahudi, Kristen dan Islam
sama-sama bersumber dari yang satu, tentulah ada kesamaan di antaranya tetapi
bukan berarti ajaran tasawuf Islam merujuk kepada ajaran agama lain
selain Islam. Semua agama sealalu berusaha membimbing dan meyadarkan manusia
untuk mampu melihat realitas lain yang lebih hakiki, yaitu realitas Ilahi.Dalam
Islam, hal-hal yang berhubungan dengan kecerdasan emosi dan spiritual seperti
konsistensi (istiqamah); kerendahan hati (tawadhu); berusaha dan
berserah diri (tawakkal); ketulusan, totalitas (kaffah); keseimbangan
(tawazun); integritas dan penyempurnaan (ihsan) itu dinamakan akhlakul
karimah (akhlak yang mulia).
•
Dasar
ajaran tasauf dalam al-Qru’an antara lain:
وَلِلَّهِ
الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ
اللَّهَ وَاسِعُ عَلِيمُُ{115}
“Dan
kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kea rah manapun kamu menghadap disitu
akan kamu jumpai wajah Allah.” (QS. Al-Baqarah: 2/115)
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي
فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي
وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ {186}يَرْشُدُونَ
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah);
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa
apabil mereka berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintha-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepas-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 2/186)
•
Dasar
ajaran tasauf dari hadits:
•
أن تعبد الله كأ نك تراه فإ ن لم تكن تراه فإ نه يراك
(متفق عليه)
Artinya:
“Sembahlah
Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak dapat
melihat-Nya, maka ia pasti melihatmu. (HR. Bukhari dan Muslim)
1.
3.7 Menganalisis Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
Dalam tasawuf disebutkan bahwa Tuhan Yang
Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh hati yang suci. Dalam kacamata
akhlak, tidaklah cukup iman seseorang hanya dalam bentuk pengakuan, apalagi
kalau hanya dalam bentuk pengetahuan. Yang “kaffah” adalah iman,ilmu dan
amal. Amal itulah yang dimaksud akhlak . Tujuan yang hendak dicapai dengan ilmu
akhlak adalah kesejahteraan hidup manusia de dunia dan kebahagian hidup di
akhirat.
Dari
satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri kepada
Tuhan), tapi dari sisi lain akhlak pun merupakan usaha manusia secara “zahiriyyah”
dan “riyadhah”.
Riyadhah
itu adalah sebuah latihan untuk diri sendiri / melatih diri sendiri, yang
meliputi melatih jiwa, pikiran, emosi, dan tubuh kita agar tersadar dan
terbiasa untuk beribadah.
3.8 Memahami pengertian Maqamat dan AL-Ahwal
Dalam tasawuf.
1) Pengertian Maqamat
Secara harfiah Maqamat berasal dari bahasa
Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini
selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh
seorang sufi untuk berada dekat kepada Allah.
Dalam
bahasa inggris Maqamat dikenal dengan istilah stages yang artinya tangga.
Sedangkan dalam ilmu tasawuf maqamat berarti keddudukan hamba dalam pandangan
Allah berdasarkan apa yang telah diusahakan, baik melalui Riyadhah, Ibadah,
maupun mujahadah. Pada Istilah Maqam atau arti jamak adalah maqamat , sebagaimana
juga ahwal, yang dipahami berbeda menurut para sufi. Namun semuanya sepakat
dalam memahami maqamat yang berarti kedudukan seorang pejalan spiritual atau
sufi di hadapan ALLAH yang diperoleh melalui kerja keras dalam beribadah
kepadaNya, bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadah), serta
latihan-latihan keruhanian budi-pekerti (adab) yang dapat membuatnya memiliki
syarat - syarat dalam melakukan usaha - usaha untuk menjalankan berbagai
kewajiban dengan baik dan mendekati sempurna.
2) Pengertian Ahwal
Secara Bahasa Al Ahwal merupakan jamak dari
kata tunggal hal yang berarti keadaan atau sesuatu (keadaan rohani), menurut
syekh Abu Nash As-sarraj, hal adalah sesuatu yang terjadi yang mendadak yang
bertempat pada hati nurani dan tidak bertahan lama.
Menurut
harun nasution, dalam Bukunya abuddin Nata Akhlak Tasawuf. Hal atau akhwal
merupakan keadaan mental perasaan senang, perasaan takut, perasaan sedih, dan
sebagainya.
2.
Sedangkan
Menurut imam al Ghozali dalam Bukunya Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel
Surabaya. menerangkan bahwa, hal adalah kedudukan atau situasi kejiwaan yang
dianugrahkan Allah kepada seorang hamba pada suatu waktu, baik sebagai buah
dari amal saleh yang mensucikan jiwa atau sebagai pemberian semata.
Sedangkan
hal atau arti jamak adalah ahwal adalah suasana atau keadaan yang menyelimuti
kalbu, yang diciptakan sebagai hak prerogatif pada Allah dalam hati setiap
hambanNya, tidak ada sufi yang mampu merubah keadaan tersebut apabila datang
saatnya, atau memperhatikannya apabila pergi.
3.
3.9 Membandingkan tasawuf sunni dan tasawuf falsafi serta
tokoh-tokoh-nya
Tasawuf Sunni
A.
Pengertian Tasawuf Sunni
Tasawwuf sunni ialah aliran tasaawuf
yang berusaha memadukan aspek hakekat dan syari’at, yang senantiasa
memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah,
dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur’an,
Sunnah dan Shirah para sahabat.
Dalam
kehidupan sehari-hari para pengamal tasawuf ini berusaha untuk menjauhkan diri
dari hal-hal yang bersifat keduniawian, jabatan, dan menjauhi hal-hal
yang dapat mengganggu kekhusu’an ibadahnya.
Latar
belakang munculnya ajaran ini tidak telepas dari pecekcokan masalah aqidah
yang melanda para ulama’ fiqh dan tasawuf lebih-lebih pada abad
kelima hijriah aliran syi’ah al-islamiyah yang berusaha untuk mengembalikan
kepemimpinan kepada keturunan ali bin abi thalib. Dimana syi’ah lebih banyak
mempengaruhi para sufi dengan doktrin bahwa imam yang ghaib akan pindah
ketangan sufi yang layak menyandang gelar waliyullah, dipihak lain para
sufi banyak yang dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme yang memunculkan
corak pemikiran taawuf falsafi yang tentunya sangat bertentangan dengan
kehidupan para sahabat dan tabi’in. dengan ketegangan inilah muncullah sang
pemadu syari’at dan hakekat yaitu Imam Ghazali.
B.
Tokoh-tokoh Tasawuf Sunni
1.
Hasan
al-Basri.
Hasan al-Basri
adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’ dan
zahid. Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di
Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan di Wadi al-Qura. Setahun sesudah
perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan menetap di sana sampai ia meninggal tahun
110 H. setelah ia menjadi warga Bashrah, ia membuka pengajian disana karena
keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah
terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu ekses dari kemakmuran ekonomi yang
dicapai negeri-negeri Islam pada masa itu. Garakan itulah yang menyebabkan
Hasan Basri kelak menjadi orang yang sangat berperan dalam pertumbuhan
kehidupan sufi di bashrah. Diantara ajarannya yang terpenting adalah zuhud
serta khauf dan raja’.
2.
Rabiah
Al-Adawiyah
Nama lengkapnya
adalah Rabiah al-adawiyah binti ismail al Adawiyah al Bashoriyah, juga digelari
Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H, disebut rabi’ah karena ia puteri
ke empat dari anak-anak Ismail. Diceritakan, bahwa sejak masa kanak-kanaknya
dia telah hafal Al-Quran dan sangat kuat beribadah serta hidup sederhana.
Ajaran terpenting dari sufi wanita ini adalah al-mahabbah dan bahkan menurut menurut banyak pendapat, ia merupakan orang pertama yang mengajarkan al-hubb dengan isi dan pengertian
Ajaran terpenting dari sufi wanita ini adalah al-mahabbah dan bahkan menurut menurut banyak pendapat, ia merupakan orang pertama yang mengajarkan al-hubb dengan isi dan pengertian
4.
yang khas tasawuf. Hal ini barangkali ada
kaitannya dengan kodratnya sebagai wanita yang berhati lembut dan penuh kasih,
rasa estetika yang dalam berhadapan dengan situasi yang ia hadapi pada masa
itu. Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya
dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Dari syair-syair
berikut ini dapat diungkap apa yang ia maksud dengan al-mahabbah:
Kasihku, hanya Engkau yang kucinta,
Pintu hatiku telah tertutup bagi selain-Mu,
Walau mata jasadku tak mampu melihat Engkau,
Namun mata hatiku memandang-Mu selalu.
Kasihku, hanya Engkau yang kucinta,
Pintu hatiku telah tertutup bagi selain-Mu,
Walau mata jasadku tak mampu melihat Engkau,
Namun mata hatiku memandang-Mu selalu.
3.
Dzu
Al-Nun Al-Misri
Nama lengkapnya
adalah Abu al-Faidi Tsauban bin Ibrahim Dzu al-Nun al-Mishri al-Akhimini
Qibthy. Ia dilahirkan di Akhmin daerah Mesir. Sedikit sekali yang dapat
diketahui tentang silsilah keturunan dan riwayat pendidikannya karena masih
banyak orang yang belum mengungkapkan masalah ini. Namun demikian telah
disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang sufi yang tersohor dan tekemuka
diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah.
Menurutnya, pengetahuan merupakan
hasil pengamatan inderawi, yaitu apa yang ia dapat diterima melalui panca
indera. Sedangkan keyakinan adalah hasil dari apa yang dipikirkan dan / atau
diperoleh melalui intuisi.
Dia membagi tiga kualitas pengetahuan, yaitu:
Dia membagi tiga kualitas pengetahuan, yaitu:
5.
Pengetahuan orang
yang beriman tentang Allah pada umumnya, yaitu pengetahuan yang diperoleh
melalui pengakuan atau syahadat.
2. Pengetahuan tentang keesaan Tuhan melalui bukti-bukti dan pendemonstrasian ilmiah dan hal ini merupakan milik orang-orangyang bijak, pintar dan terpelajar.
3. Pengetahuan tentang sifat-sifat Yang Maha Esa, dan ini merupakan milik orang-orang yang shaleh (wali Allah) yang dapat mengenal wajah Allah dengan mata hatinya.
2. Pengetahuan tentang keesaan Tuhan melalui bukti-bukti dan pendemonstrasian ilmiah dan hal ini merupakan milik orang-orangyang bijak, pintar dan terpelajar.
3. Pengetahuan tentang sifat-sifat Yang Maha Esa, dan ini merupakan milik orang-orang yang shaleh (wali Allah) yang dapat mengenal wajah Allah dengan mata hatinya.
4.
Abu
Hamid Al-Ghazali
Menurut Abu
al-Wafa’ al-Ganimi al-Taftazani, ada dua corak tasawuf yang berkembang di
kalangan sufi, yaitu pertama, corak tasawuf sunni, di mana para pengikutnya
memagari tasawuf mereka dengan Alquran dan as-Sunnah serta mengaitkan keadaan
dan tingkatan rohaniah mereka dengan keduanya. Kedua, corak tasawuf
semi-filosofis, di mana para pengikutnya cenderung pada ungkapan-ungkapan
ganjil (syathahat) serta bertolak dari keadaan fana menuju pernyataan tentang
terhadinya penyatuan ataupun hulul.
5.
TASAWUF FALSAFI
A. Definisi Tasawuf Falsafi
Secara garis besar tasawuf falsafi adalah
tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi
rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam
pengungkapannya,yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang
telahmempengaruhi para tokohnya. Kaum sufi falsafi menganggap bahwasanya tiada
sesuatupun yang wujud kecuali Allah, sehingga manusia dan alam semesta,
semuanya adalah milik Allah. Mereka tidak menganggap bahwasanya Allah itu zat
yang Esa, yang bersemayam diatas Arsy.Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya
Tuhan dengan makhluk-Nya,setidaknya terdapat beberapa term yang telah masyhur
beserta para tokohnya.
B. Tokoh-tokoh Tasawuf Falsafi
1.
Ibn ‘Arabi
Nama lengkapnya
adalah Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath-Tha’I Al-Haitami. Lahir di
mercia, Andalusia Tenggara, spanyol, tahun 560 H. Di Seville(Spanyol), ia
mempelajari Al-Qur’an, hadis, serta fiqh pada sejumlah murid seorang faqih
Andalusia terkenal, yaitu Ibn Hazm Azh-Zhahiri.
Usia 30 tahun, ia
mulai berkelana ke berbagai kawasan Andalusia dan kawasan islam di bagian
barat, di antara deretan guru-gurunya adalah Abu Madyan Al-Ghauts At-Thalimsari
dan Yasmin Musyaniyah.
Di antara karya
monumentalnya adalah Al-Futuhat Al-Makiyyah yang ditulis pada tahun 1201 pada
saat menaikkan ibadah haji. Karya lainnya adalah Masyahid Al-Asrar, Mathali
Al-Anwar AL-Illahiyah al-Isra ila Maqam Al-Atsana.
2.
Ibn Sab’in
Nama lengkapnya
adalah Ibn Sab’in Abdul Haqq ibn Ibrahim Muhammad Ibn Nashr. Di lahirkan tahun
614 H di Murcia. Ibn Sab’in mempunyai asal usul Arab dan juga mempelajari
ilmu-ilmu agama dari mazhab maliki, ilmu-ilmu logika, dan filsafat. Di antara
guru-gurunya adalah Ibn dhihaq, yang terkenal dengan Ibn Al-Mir’ah (meninggal
tahun 611 M), pensyarah karya al-irsyad. Karena Al-mir’ah wafat sebelum Ibn
Sab’in lahir, maka jelas Ibn Sab’in menjadi muridnya hanya melalui kajiannnya
pada karya-karya ibn mir’ah.
Tahun 640 H, Ibn
Sab’in dengan sebagian muridnya meninggalkan Murcia menuju Afrika
Utara.pertama-tama, Ibn Sab’in menjejakkan kakinya di Ceuta. Di kota Ceuta ini,
Ibn Sab’in banyak menelaah kitab-kitab tasawuf serta memberiikan pengajaran.
Pada tahun 6480 H Ibn Sab’in sampai di kairo. Namun para fuqaha dunia islam
mengutus seorang utusan ke mesir untuk memperingatkan penduduk itu bahwa Ibn
Sab’in adalah seorang atheis yang menyatakan kesatuan khalik dengan makhluk.
Kemudian dia pergi ke Mekah untuk menyiarkan kembali ajarannya.
Ibn Sab’in
meninggalkan karya sebanyak 41 buah, yang menguraikan tasawufnya secara teoritis
maupun praktis. Sebagian risalahnya telah disunting Abdurrahman Badawi dengan
judul Rasa’il Ibn Sab’in(1965 M), Jawab shahih Shiqilliyah, telah disunting
oleh Syaripuddin Yaltaqiya.
6.
3.
Al-Jili
Nama lengkapnya
adalah abdul karim bin Ibrahim Al Jilli. Lahir pada tahun 1365 M, di jillan
(Gilan) wafat pada tahun 1417 M. ia adalah seorang sufi terkenal dari Baghdad.
Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh para ahli sejarah. Tetapi sebuah
sumber mengatakan bahwa ia pernah melakukan perjalanan ke india tahin 1378 M.
lalu belajar tasawuf di bawah bimbingan Abdul Qadir Al-Jailani. Di samping itu,
berguru pula pada Syeh Syarif Isma’il Bin Ibrahim Al-Zabarti di Zabid (Yaman) tahun1393-1403 M.
4.
Ibn Masarah
Nama lengkapnya
adalah Muhammad Bin Abdullah Bin Masarrah (269-319 H. ia merupakan salah
seorang sufi sekaligus filosof dari Andalusia. Ia memberiikan pengaruh yang
besar terhadap madzhab Al-Mariyyah.
Bersamaan dengan ibn masarrah, di Andalusia telah muncul tasawuf filosofi. Ia
lebih banyak disebut-sebut sebagai
filosof dari pada sufi. Pada mulanya ia
merupakan penganut sejati aliran mu’tazilah, lalu berpalingpada mazhab
neoplatonisme. Oleh karena itu, ia di anggap mencoba menghidupkan kembali
filsafat yunani kuno.
Di dalam tasawuf
falsafi metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni atau tasawuf
salafi. kalau tasawuf sunni dan salafi lebih menonjol kepada segi praktis (العملي ), sedangkan
tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis (النطري ) sehingga dalam konsep-konsep tasawuf
falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan pendektan-pendekatan filosofis
yang ini sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi
orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.
7.
3.10
Mendeskripsikan Pokok Ajaran Tasawuf Dari Hasan
Abu na’im Al-Ashbahani menyimpulkan
pandangan tasawuf Hasan Al-Bashri sebagai berikut, “takut (khauf) dan
pengharapan (raja’) tidak akan dirundung kemuraman dan keluhan, tidak
pernah tidur senang karena selalu mengingat Allah.” Pandangan tasawufnya yang
lain adalah anjuran kepada setiap orang untuk senantiasa bersedih hati dan
takut kalau tidak mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi
seluruh larangan-Nya. Sya’rani pernah berkata, “Demikian takutnya, sehingga
seakan-akan ia merasa bahwa neraka itu hanya dijadikan untuk ia (Hasan
Al-Bashri).”
Lebih jauh lagi, Hamka mengemukakan sebagian ajaran tasawuf
Hasan Al-Bashri seperti ini:
a. “Perasaan takut yang menyebabkan
hatimu tentram lebih baik daripada rasa tentram yang menimbulkan perasaan
takut.”
b. “Dunia adalah negeri tempat
beramal. Barangsiapa bertemu dunia dengan rasa benci dan zuhud, ia akan
berbahagia dan memperoleh faedah darinya. Namun, barangsiapa bertemu dunia
dengan perasaan rindu dan hatinya tertambal dengan dunia, ia akan sengsara dan
akan berhadapan dengan penderitaan yang tidak dapatditanggungnya.”
c. “Tafakur membawa kita pada
kebaikan dan selalu berusaha untuk mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan
jahat menyebabkan kita bermaksud untuk tidak mengulanginya lagi. Sesuatu yang
fana’ betapapun banyaknya tidak akan menyamai sesuatu yang baqa’ betapapun
sedikitnya. Waspadalah terhadap negeri yang cepat datang dan pergi serta penuh
tipuan.”
d. “Dunia ini adalah seorang janda
tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggalkan mati suaminya.”
e. “Orang yang beriman akan
senantiasa berduka-cita pada pagi dan sore hari karena berada di antara dua
perasaan takut: takut mengenang dosa yang telah lampau dan takut memikirkan
ajal yang masih tinggal serta bahaya yang akan mengancam.”
f. “Hendaklah setiap
orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya, dan juga takut akan
kiamat yang hendak menagih janjinya.”
g. “Banyak duka cita di dunia
memperteguh semangat amal shaleh.”
Berkaitan dengan ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri, Muhammad
Mustafa, guru besar Filsafat Islam, menyatakan kemungkinan bahwa tasawuf Hasan
Al-Bashri didasari oleh rasa takut siksa Tuhan di dalam neraka. Namun, ada yang
meneliti bahwa ternyata bukan perasaan takut terhadap siksaanlah yang mendasari
tasawufnya, tetapi kebesaran jiwanya akan kekurangan dan kelalaian dirinyalah
yang mendasari tasawufnya itu. Sikapnya itu senada dengan sabda Nabi yang
berbunyi, “Orang beriman yang
8.
selalu mengingat dosa-dosa yang pernah dilakukannya adalah
laksana orang duduk di bawah sebuah gunung besar yang senantiasa merasa takut
gunung itu akan menimpa dirinya.”
Jadi, prinsip
ajarannya (Hasan al-Bashari) adalah khauf dan raja’ ,yaitu takut dan berharap
maksudnya adalah takut dengan siksaan allah swt karena melakukan dosa dan
sering meninggalkan perintahnya, takut pada murka Allah dan juga di
iringi dengan harapan / selalu berharap agar mendapat ridhlo dari Allah swt.
Oleh karena itu prinsip-prinsip ajran ini mengandung kesiapan dalam melakukan
introspeksi diri agar selalu memikirkan kehidupan yang hakiki dan abadi.
9.
demikianlah postingan saya, ayo baca >> Contoh Makalah Seni Budaya Tentang Kesenian Betawi
keren kak
BalasHapus